Oh Snap!

Direktori Wisata Indonesia @2022 | All Right Reserved

Home / Nias / Wisata Budaya: Lompat Batu Dan Tari Perang (Fataele)

Wisata Budaya: Lompat Batu Dan Tari Perang (Fataele)

/

Lompat Batu Dan Tari Perang (Fataele) Merupakan Atraksi Dari Nias

Direktori Wisata – Atraksi lompat batu atau yang dikenal dengan nama Homba Batu dan Tari Perang (Fatoele) menjadi sebuah daya tarik tersendiri pada saat kita melakukan perjalanan wisata di Desa Bawomataluo, Nias Selatan.

Sejarah Lompat Batu Dan Tari Perang (Fetaele)

Menurut informasi catatan sejarah yang Direktori Wisata dapat, lahirnya tradisi lompat baru berbarengan dengan tari perang. Konon dulunya antrara suku di Nias sering terlibat perperangan antar kampung.

Lompat Batu

Pemicunya dilatarbelakangi perebutan lahan atau upaya perebutan kampung orang lain.. Setiap kampung telah menyaipkan diri, termask dengan memasang tinggi-tinggi pagar berduri yang mengelilingi kampung.

Sebagai persiapan perang, setiap si’ulu atau kepala suku mengumpulkan para pemuda desa untuk dilatih perang, salah satunya melalui latihan lompat batu.

Para pemuda desa yang mampum melewati batu setinggi 2 meter tersebut berarti sudah siap untuk berperang dan melompati pagar berduri yang tinggi.

Layaknya seorang ksatria yang maju ke medan perang para penari yang membawakan tarian perang juga membawa sebuah tameng, pedang ataupun tombak, sambil mengenakan pakaian wana-warni hitam, kuning, dan merah, dilengkapi dengan mahkota di kepala.

Para penari mengikuti arahan perintah komando yang membentuk sebuah formasi berjajar panjang yang berdiri dari empat jajar .

Possisi komando sendiri menghadap ke arah penari yang selanjutnya meberi aba-aba tarian. Dimulai dengan gerakan kaki maju dan mundur sambil dihentakan ke tanah. Mereka sambil meneriakkan yel-yel untuk membangkitkan semangat.

Atraksi Budaya Desa Bawomataluo

Kedua atraski budaya tersebut diatas bisa kita bisa temukan di Desa Bawomataluo bila sedang ada acara budaya di sana.

Namun demikian, kita bisa meminta kedua atraksi tersebut ditampilkan. Dan jangan ragu untuk menawar harga yang di ajukan kepada kita bila kita meminta pagelaran budaya tersebut untuk di mainkan.

Biasanya untuk atraksi lompat batu dengan satu pelompat batu yang maksimal dua kali melompat dan lima orang yang mengiringi mengenakan pakaian tradisional, kita setidaknya harus mengeluarga biaya sebesar Rp. 500.000,-.

Sementara untuk sebuah atraksi tarian perang setidaknya kita perlu menyiapkan uang sebesar Rp. 1.000.000,- untuk 10 orang penari. Semua ini bisa di tambah atau di kurang biayanya, tinggal kita sesuaikan dengan biaya pada saat proses negosiasi kepada mereka.

Transportasi Menuju Desa Bawomataluo

Untuk menjangkau Desa Bawamataluo, jika kita berangkat dari Gunung Sitoli dapat ditempuh dengan waktu sekitar 5 – 6 jam.

Dalam jarak tempuh yang ralatif lebih singkat sekitar 1 jam. Bila teman-teman dan para pembaca setia Direktori Wisata akan melakukan perjalanan wisata menuju Nias, tidak ada salahnya untuk menyaksikan Wisata Budaya: Lompat Batu Dan Tari Perang (Fataele).[]

  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Pinterest

2 Comments

  1. Owh, ternyata Lompat Batu itu dari Nias Selatan ya kang, berarti masih satu budaya sama rumah adat tradisional Omohada yah …

    • Benar Kang, masih dan rumah adat Omahada itu sebagai tempat tinggal mayrakat Nias yang memiliki tradisi lompat batu. 😀

Comments are closed.

This div height required for enabling the sticky sidebar
Translate »
Ad Clicks : Ad Views : Ad Clicks : Ad Views : Ad Clicks : Ad Views : Ad Clicks : Ad Views : Ad Clicks : Ad Views : Ad Clicks : Ad Views : Ad Clicks : Ad Views :