Tradisi Barter Yang Masih Berlaku di Pasar Warloka Flores
Intip Keunikan Tradisi Pasar Warloka di Manggarai Barat, Flores NTT
Direktori Wisata – Kunikan jual beli yang masih menjadi nilai tradisi masayrakat lokal dimana nilai sebuah tolerasi masih mengakar kuat di Kampung Warloka, Manggarai Barat, Flores Nusa Tenggara Timur.
Singah di sebuah kawasan lain teringat dalam benak pikiran kita akan sebuah nasehat orang tua “jika kenal dengan suatu masyarakat lihatlah dari pasarnya, karena di sanalah tempat segala macam karakter orang untuk berkumpul”.

Pasar Warloka merupakan pasar tertua di Manggarai Barat yang terletak di daerah pesisir Kampung Warloka, Manggarai Barat 1 1/2 jam dari Labuah Bajo. Dari informasi yang Direktori Wisata terima di lokasi, pasar ini tidak ada yang tahu persis kapan berdirinya. Konon, pasar ini dibuka hanya seminggu sekali tepatnya setiap hari Selasa.
Namun, lokasi pasar ini sulit dijangkau melalui jalur darat. Untuk menuju ke sana lebih mudah sahabat Direktori Wisata menggunakan perahu, yang bisa disewa di Pelabuhan Labuan Bajo. Oleh karena itu, jika wisatawan akan berkunjung ke Taman Nasional (TN) Komodo ( Pulau Komodo ) dan berangkat melalui Labuan Bajo, jangan lewatkan untuk singgah lebih dulu singgah ke Kampung Warloka. Jaraknya sekitar 30 km barat daya Labuan Bajo.
Dari pengamatan Direktori Wisata Indonesia di lokasi, aktifitas di pasar inilah dimana menjadi tempat orang bertemu dan bersatu dimana orang dari gunung turun membawa hasil kebun, sedangkan yang dari laut merapat dengan membawa hasil lautnya. Dimana setiap orang membawa hasil hasil alam yang bermanfaat buat kehidupan orang banyak.
Lanjut…..
Di Pasar Warloka inilah uang menjadi alat transaksi, namun ada sisi keunikan lainnya yang bisa kita temukan di pasar ini. Dimana jika kita tidak memiliki uang ke pasar ini tidak perlu khawatir, karean di pasar ini setiap orang masih bisa bertukar barang atau yang dikenal dengan “barter”.
Dimana barang yang kita bawa bisa di tukar dengan barang lainnya dengan kesepakatan, seperti sayur ditukar dengan ikan, dan sebaliknya. Inilah yang menjadi keunikan transaksi di pasar ini. Karena sulit untuk mengetahui siapa lagi yang untung dan yang rugi.
Orang lokal bilang, “kita sesama manusia harus saling membantu. Dimana nilai sebuah tolerasi masih mengakar kuat, dan tradisi yang tidak boleh lekang oleh zaman”.
Saat pagi masih gelap, Kami beserta rombongan pun berangkat dari Labuan Bajo dengan menggunakan perahu menuju Warloka. Perjalanan sekitar satu setengah jam yang temani dengan keindahan alam yang menyuguhkan pesonanya. Semburat sinar matahari dari ufuk timur perlahan mengusir kegelapan malam menjadi pagi yang cerah.
Tak terasa perjalanan kami pun pada akhirnya menghantarkan perahu sampai di Warloka dan pasar yang dituju berada persis di pinggir dermaga. Sekitar pukul 6 pagi waktu setempat, pengunjung pun sudah berjejal.
Dari pengamatan Direktori Wisata di lokasi, barang yang diperdagangkan di pasar ini umumnya hasil bumi dan hasil laut. Berjalan ke belakang pasar, terdapat sebuah tempat parkiran yang luas. Namun isinya bukan mobil atau motor, melainkan kerbau. Tidak ada kendaraan bermotor di sini, dan kerbau digunakan warga pegunungan sebagai alat angkut barang menuju dan dari paar ke rumah.
Informasi dari masayrakat lokal setempat, setiap seminggu sekali warga gunung akan turun ke Pasar Warloka untuk menjual hasil bumi dan berbelanja barang kebutuhan mereka. Lokasinya sangat jauh, mereka bisa menempuh tiga hingga lima jam dengan berjalan kaki.
Jelang siang hari, Pasar Warloka mulai terlihat sepi. Warga dari pegunungan kembali pulang berjalan kaki bersama kerbau mereka yang mengangkut barang belanjaan.
Kagiatan dan aktifitas para penduduk di pasar ini tidak terlalu lama, hanya sekitar tiga jam saja masyarakat dan penduduk di sini bertemu untuk melakukan transakasi jual beli atau tukar barang dengan cara barter setelah itu selesai. Sekitar pukul 9 pagi pasar ini sudah bubar.
Dimana masyarakat yang dipesisir kembali dengan menggunakan kapalnya, dan yang bagi masyarakat yang tinggal di pegunungan kembali dengan berjalan kaki dengan membawa kerbaunya.
Hal ini dibuktikan dari banyaknya barang peninggalan kuno, seperti gerabah, perhiasan, keramik China dan peninggalan zaman megalitik, ditemukan di Warloka. Jadi ada baiknya bagi sahabat Direktori Wisata Indonesia yang ingin tahu lebih banyak bisa langsung datang ke Kampung Warloka, Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur.[]