Direktori Wisata – Dibuka di tahun 1963, Masjid Petempatan Melayu Sembawang Singapura dibuat oleh masyarakat Kampong tengah, desa yang tempati pojok Sembawang ini sampai tengah tahun 1980-an.
Masjid ini layani komune Muslim di sisa dusun paling dekat seperti Kampong Wak Hassan dan Kampong Tanjong Irau.
Pembangunan masjid adalah usaha warga, di mana tiap rumah tangga di daerah itu menyumbang sebagian kecil uang tiap bulannya sampai ada dana yang cukup buat beli bahan bangunan.
Pemuda di tempat menolong galang dana dengan lakukan marhaban dan berzanji (lagu sanjungan Nabi Muhammad SAW) di beberapa rumah di dusun. Lee Foundation menyumbang $10.000 untuk maksud ini.
Bangunan ini adalah contoh design masjid tradisionil Melayu yang tetap bertahan di dalam Singapura. Komponen design ini bisa disaksikan pada ruangan sholat yang didukung oleh tiang kayu berukir di tengah-tengahnya yang disebutkan tiang seri. Pada pintu masuk ada kentong atau gendang kayu yang dibunyikan sebagai kumandang azan.
Baca juga : Kampong Wak Hassan; Masa lalu Saat Lantas Singapura
Di samping bangunan masjid ada pohon karet besar yang diyakinkan berumur minimal satu era dan mungkin adalah pohon karet paling tua yang masih tetap ada di Singapura. Sekarang ini, masjid terus berperan sebagai ruangan keagamaan dan sosial yang terpenting untuk komune Muslim di Sembawang.
Salah satunya beberapa sisa paling akhir dari masjid daerah Melayu di Singapura, Masjid Petempatan Melayu Sembawang – terselinap jauh dari jalan khusus – telah lebih tua dari daerah yang dulu pernah dilayaninya.
Berada di tengah-tengah pembukaan rimba, ada sebuah masjid daerah yang jarang-jarang kelihatan – salah satunya dari sedikit masjid yang masih ada di Singapura.
Dibuat di tahun 1963, Masjid Petempatan Melayu Sembawang adalah masjid satu lantai dengan menara tinggi yang dicat ciri khas dengan warna kuning dan hijau. Di pucuk menara ada kubah berwujud bawang di atasnya dengan bulan sabit dan bintang yang disebut lambang agama Islam.
Masjid ini layani umat Islam yang ada di permukiman Melayu di Petempatan Melayu Sembawang — darimanakah nama masjid itu berasal. Pemukiman itu adalah hasil penyatuan kampung-kampung paling dekat yakni Lobang Bom, Tanjong Irau, Wak Hassan, dan tengah. Masjid ini awalannya namanya Masjid Daerah tengah.
Saat sebelum berdirinya, umat Islam di Petempatan Melayu Sembawang melaksanakan ibadah di suraus (masjid kecil) atau di mantan Masjid Jumah Sembawang yang berada di sepanjang Jalan Sembawang. Pada akhirnya, komune Muslim Melayu yang semakin kumpulkan dana untuk membuat masjid lebih dekat sama rumah mereka. Bantuan termasuk kontributor penting sejumlah $10.000 dari Lee Foundation.
Di tahun 1980-an, ada gagasan untuk merusak masjid itu saat masyarakat mulai berpindah dari permukiman Melayu yang sudah dibedah ke perumahan umum. Masjid itu pada akhirnya diberi Sewa Tempat tinggal Sementara (TOL) — karena usaha banyak masyarakat dan Anggota Parlemen Sembawang waktu itu, Dr Tony Tan.
Tugas perbaikan besar dilaksanakan di tahun 1984, dan kenaikan selanjutnya dilaksanakan di tahun 2007. Menariknya, pintu masuk masjid tetap diproteksi oleh pohon karet yang lebih tinggi – tersisa dari sisa perkebunan karet di permukiman Melayu. Saksikan google maps.
Walau tempatnya terasing, masjid ini masih tetap aktif saat sholat Jumat dan Ramadhan. Kelas madrasah akhir minggu, dan kelas agama, terus dilakukan di lingkungannya.
Tersebut mengenai Masjid Pertempatan Melayu Sembawang di Singaoura yang bisa kami tulis pada waktu bertandang ke salah satunya wisata Singapura.[]